Minggu, 10 Februari 2008

Kisah Nyata

Perjalanan “Cat Stevens” Menjadi “Yusuf Islam”

“Aku dilahirkan di London, jantung dunia Barat. Aku dilahirkan di era televisi dan angkasa luar. Aku dilahirkan di era teknologi mencapai puncaknya di negara yang terkenal dengan peradabannya, negara Inggris. Aku tumbuh dalam masyarakat tersebut dan aku belajar di sekolah Katholik yang mengajarkanku tentang agama Nashrani sebagai jalan hidup dan kepercayaan. Dari sini pula aku mengetahui apa yang harus kuketahui tentang Allah, al-Masih ‘Alaihis-salaam dan taqdir, yang baik maupun yang buruk.”

“Mereka banyak memberitahuku tentang Allah, sedikit tentang al-Masih dan lebih sedikit lagi tentang Ruhul Qudus (Jibril).”

“Kehidupan di sekelilingku adalah kehidupan materi. Paham materialis gencar diserukan dari berbagai media informasi. Mereka mengajarkan, kekayaan adalah kekayaan harta benda yang sesungguhnya, dan kefakiran adalah ketiadaan harta benda secara hakiki. Amerika adalah contoh negara kaya dan negara-negara dunia ketiga adalah contoh kemiskinan, kelaparan, kebodohan, dan kepapaan.
Karena itu, aku harus memilih dan meniti jalan kekayaan, supaya aku bisa hidup bahagia; supaya aku dapat kenikmatan hidup. Karena itu, aku membangun falsafah hidup bahwa dunia tidaklah ada kaitannya dengan agama. Falsafah inilah yang aku jalani, agar aku mendapatkan kebahagiaan jiwa.”

“Lalu, aku mulai melihat kepada sarana untuk meraih kesuksesan. Dan, cara yang paling mudah menurutku adalah dengan membeli gitar, mengarang lagu, dan menyanyikannya sendiri. Aku lalu tampil di hadapan mereka. Inilah yang benar-benar aku lakukan dengan membawa nama “Cat Stevens”. Dan tidak berapa lama, yakni ketika aku berusia 18 tahun, aku telah menyelesaikan rekaman dalam delapan kaset. Setelah itu banyak sekali tawaran. Dan aku pun bisa mengumpulkan uang yang banyak. Di samping itu, pamorku pun mencapai puncak.”

“Ketika aku berada di puncak ketenaran, aku melihat ke bawah. Aku takut jatuh! Aku dihantui kegelisahan. Akhirnya, aku mulai minum minuman keras satu botol setiap hari, supaya memotivasi keberanianku untuk menyanyi. Aku merasa orang-orang di sekelilingku berpura-pura puas. Padahal, dari wajah mereka, tak seorang pun tampak puas, kepuasan yang sesungguhnya. Semuanya harus munafik, bahkan dalam jual beli dan mencari sesuap nasi, bahkan dalam hidup! Aku merasa, ini adalah sesat. Dari sini, aku mulai membenci kehidupanku sendiri. Aku menghindar dari orang banyak. Aku lalu jatuh sakit. Aku kemudian diopname di rumah sakit karena sakit paru-paru. Ketika di rumah sakit kondisiku lebih baik karena mengajakku berpikir.”

“Aku memiliki iman kepada Allah. Tetapi, gereja belum mengenalkanku siapakah Tuhan itu dan aku tak mampu sampai pada hakikat Tuhan sebagaimana yang dibicarakan gereja! Pikiranku buntu. Maka, aku memulai berpikir tentang jalan hidup yang baru. Aku memiliki buku-buku tentang akidah dan masalah ketimuran. Aku mencari tentang Islam dan hakikatnya. Dan seperti ada perasaan, aku harus menuju pada titik tujuan tertentu, tetapi aku tidak tahu keberadaan dan pengertiannya.”

“Aku tidak puas berpangku tangan, duduk dengan pikiran kosong. Aku mulai berpikir dan mencari kebahagiaan yang tidak kudapatkan dalam kekayaan, ketenaran, puncak karir maupun di gereja. Maka aku mulai mengetuk pintu Budha dan falsafah China. Aku pun mempelajarinya. Aku mengira, kebahagiaan adalah dengan mencari berita apa yang akan terjadi di hari esok, sehingga kita bisa menghindari keburukannya. Aku berubah menjadi penganut paham Qadariyyah. Aku percaya dengan bintang-bintang, mencari berita apa yang akan terjadi. Tetapi, semua itu ternyata keliru.
Aku lalu pindah kepada ajaran komunis. Aku mengira bahwa kebajikan adalah dengan membagi kekayaan alam ini kepada setiap manusia. Tetapi, aku merasa bahwa ajaran komunis tidak sesuai dengan fitrah manusia. Sebab, keadilan adalah engkau mendapat sesuai apa yang telah engkau usahakan, dan ia tidak lari ke kantong orang lain.”

“Lalu, aku berpaling pada obat-obat penenang. Agar aku memutuskan mata rantai berbagai pikiran dan kebimbangan yang menyesakkan. Setelah itu, aku mengetahui bahwa tidak ada akidah yang bisa memberikan jawaban kepadaku. Yang bisa menjelaskan kepadaku hakikat yang sedang aku cari. Aku putus asa. Dan ketika itu aku belum mengetahui tentang Islam sama sekali. Maka aku tetap pada keyakinanku semula, pada pemahamanku yang pertama, yang aku pelajari dari gereja. Aku menyimpulkan bahwa kepercayaan-kepercayaan yang aku pelajari itu adalah keliru. Dan bahwa gereja sedikit lebih baik daripadanya. Aku kembali lagi kepada gereja. Aku kembali mengarang musik seperti semula. Dan aku merasa Kristen adalah agamaku. Aku berusaha ikhlas demi agamaku. Aku berusaha mengarang lagu-lagu dengan baik. Aku berangkat dari pemikirang Barat yang bergantung pada ajaran-ajaran gereja. Yakni, ajaran yang memberikan inspirasi kepada manusia bahwa dia akan sempurna seperti Tuhan jika ia melakukan pekerjaannya dengan baik serta ia mencintai dan ikhlas terhadap pekerjaannya.”

“Pada tahun 1975 terjadi suatu yang luar biasa, yakni ketika saudara kandungku tertua memberiku sebuah hadiah berupa satu mushaf Alquran. Mushaf itu masih tetap bersamaku sampai aku mengunjungi al-Quds Palestina. Setelah kunjungan tersebut, aku mulai mempelajari kitab yang dihadiahkan oleh saudaraku itu. Suatu kitab yang aku tidak mengetahui apa isi di dalamnya, juga tak mengetahui apa yang dibicarakannya. Lalu aku mencari terjemahan Alquran al-Karim setelah aku mengunjungi al-Quds. Pertama kalinya, melalui Alquran aku berpikir tentang apa itu Islam. Sebab, Islam menurut pandangan orang Barat adalah agama yang fanatik dan sektarian. Dan umat Islam itu sama saja. Mereka adalah orang-orang asing, baik Arab maupun Turki. Kedua orang tua saya berdarah Yunani. Dan orang Yunani sangat benci kepada orang Turki Muslim. Karena itu, seyogyanya aku membenci Alquran yang merupakan agama dan pedoman orang-orang Turki, sebagai dendam warisan. Tetapi, aku memandang, aku harus mempelajarinya (terjemahannya). Tidak mengapa aku mengetahui isinya.”

“Sejak pertama, aku merasa bahwa Alquran dimulai dengan Bismillah (dengan nama Allah), bukan dengan nama selain Allah. Dan ungkapan Bismillahirrahmanirrahiim begitu sangat berpengaruh dalam jiwaku. Lalu surat al-Fatihah itu berlanjut dengan Faatihatul Kitab, Alhamdulillahi rabbil ‘alamiin. Segala puji milik Allah Sang Pencipta sekalian alam, dan Tuhan segenap makhluk.
Sampai waktu itu, pemikiran saya tentang Tuhan begitu lemah tak berdaya. Mereka mengatakan kepadaku, ‘Sesungguhnya Allah adalah Maha Esa, tetapi terbagi menjadi tiga dzat! Bagaimana? Saya tidak mengerti’!”

“Dan, mereka mengatakan kepadaku, “Sesungguhnya Tuhan kita bukanlah Tuhannya orang Yahudi.”
Adapun Alquran, maka ia mulai dengan beribadah kepada Allah Yang Maha Esa, Tuhan segenap alam semesta. Alqura menegaskan keesaan Sang Pencipta. Dia tidak memiliki sekutu yang berbagi kekuasaan dengan-Nya. Dan, ini adalah pemahaman baru bagiku. Sebelumnya, sebelum aku mengetahui Alquran, aku hanya mengetahui adanya pemahaman kesesuaian dan kekuatan yang mampu mengalahkan mu’jizat. Adapun sekarang, dengan pemahaman Islam, aku mengetahu bahwa hanya Allah semata yang mampu dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

“Hal itu masih dibarengi dengan keimanan terhadap hari akhir dan bahwa kehidupan akhirat itu abadi. Jadi, tidaklah manusia itu dari segumpal daging kemudian berubah setiap hari kemudian menjadi debu, sebagaimana yang dikatakan oleh ahli biologi. Sebaliknya, apa yang kita lakukan dalam kehidupan dunia ini sangat menentukan keadaan yang akan terjadi dalam kehidupan di akhirat nanti. Alquran-lah yang menyeruku kepada Islam. Maka aku pun memenuhi seruannya. Adapun gereja yang menghancurkanku dan membuatku lelah dan letih, maka dialah yang mengantarkanku kepada Alquran. Yakni, ketika aku tidak mampu menjawab berbagai pertanyaan jiwa dan kalbuku.”

“Di dalam Alquran aku melihat sesuatu yang asing. Ia tidak sama dengan kitab-kitab lain. Ia tidak mengandung beberapa bagian atau sifat-sifat yang ada dalam kitab-kitab agama lain yang telah kubaca. Di sampul Alquran juga aku tidak mendapatkan nama pengarangnya. Karena itu, aku yakin betul dengan makna wahyu yang Allah wahyukan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diutus-Nya. Kini aku telah memahami dengan jelas betul tentang perbedaan Alquran dengan Injil yang ditulis oleh tangan-tangan pengarang yang berbeda-beda sehingga melahirkan kisah-kisah yang bertentangan.
Aku berusaha untuk mencari kesalahan di dalam Alquran, tetapi aku tidak menemukannya. Semua isi Alquran adalah sesuai dengan pemikiran keesaan Allah yang murni. Dari sini, aku mulai mengenal tentang apa itu Islam.”

“Alquran bukanlah satu-satunya risalah. Sebaliknya, di dalam Alquran didapatkan nama-nama semua nabi yang dimuliakan oleh Allah. Alquran tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya. Dan teori ini sangat logis. Sebab, jika anda beriman kepada seorang nabi dan tidak kepada yang lainnya, berarti anda telah mengingkari dan menghancurkan kesatuan risalah. Dari sejak itu, aku memahami bagaimana berantainya risalah sejak awal penciptaan manusia. Dan bahwa manusia sepanjang sejarah selalu terdiri dari dua barisan, mu’min dan kafir. Alquran telah menjawab semua hal yang kupertanyakan. Dengan demikian, aku merasa bahagia. Kebahagiaan mendapatkan kebenaran.”

“Aku mulai membaca Alquran semuanya, sepanjang satu tahun penuh. Aku mulai menerapkan pemahaman yang aku baca dari Alquran. Saat itu aku merasa bahwa akulah satu-satunya muslim di muka bumi ini. Lalu aku berpikir bagaimana aku menjadi muslim yang sesungguhnya. Maka aku pergi ke masjid London dan aku mengumumkan keislamanku. Aku mengatakan, ‘Asyhadu anlaa ilaaha illallaah wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah’.”

“Ketika itu, aku yakin bahwa Islam yang kupeluk adalah risalah yang berat, bukan suatu pekerjaan yang selesai dengan sekedar mengucapkan dua kalimat syahadat. Aku telah dilahirkan kembali. Dan aku telah mengetahui ke mana aku berjalan bersama saudara-saudara muslimku yang lainnya. Sebelumnya, aku sama sekali tidak pernah menemui salah seorang dari mereka. Seandainya pun ada seorang muslim yang menemuiku dan mengajakku kepada Islam, tentu aku menolak ajakkannya, karena keadaan umat Islam yang diremehkan dan diolok-olok oleh media informasi Barat. Bahkan, media umat Islam sendiri sering mengolok-olok hakikat Islam. Mereka justru sering mendukung berbagai kedustaan dan kebohongan yang dilontarkan oleh musuh-musuh Islam, padahal mereka ini tidak mampu memperbaiki bangsa mereka sendiri yang kini telah dihancurkan oleh penyakit-penyakit akhlak, sosial, dan sebagainya.”

“Aku telah mempelajari Islam dari sumbernya yang utama, yaitu Alquran. Selanjutnya, aku mempelajari sejarah hidup (sirah) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bagaimana beliau dengan perilaku dan sunnahnya mengajarkan Islam kepada umat Islam. Aku lalu mengetahui kekayaan yang agung dari kehidupan dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku sudah lupa musik. Aku bertanya kepada kawan-kawanku, “Apa aku mesti melanjutkan karir musikku?” Mereka menasihatiku agar aku berhenti, sebab musik akan melalaikan dari mengingat Allah. Dan itu bahaya besar. Aku menyaksikan pemuda-pemudi yang meninggalkan keluarga mereka dan hidup di tengah-tengah musik dan lagu. Ini adalah sesuatu yang tidak diridhai oleh Islam, yang menganjurkan dibangunnya generasi-generasi tangguh.”

Itulah sekilas kisah islamnya seorang penyanyi terkenal dari Inggris. Ia setelah memeluk Islam mengubah namanya menjadi Yusuf Islam. Allah telah mengganti segala yang ia dapatkan dari musik yang kemudian dia tinggalkan dengan hidayah iman kepada-Nya yang tak dapat dibandingkan dengan apa pun jua.

Al-Islam – Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Idonesia

Kamis, 07 Februari 2008

Hasan Al Bashri (30-110 H)


Suatu hari ummahatul mu’minin, Ummu Salamah, menerima khabar bahwa mantan "maula" (pembantu wanita)-nya telah melahirkan seo¬rang putera mungil yang sehat. Bukan main gembiranya hati Ummu Salamah mendengar berita tersebut. Diutusnya seseorang untuk mengundang bekas pembantunya itu untuk menghabiskan masa nifas di
rumahnya.

Ibu muda yang baru melahirkan tersebut bernama Khairoh, orang yang amat disayangi oleh Ummu Salamah. Rasa cinta ummahatul mu’minin kepada bekas maulanya itu, membuat ia begitu rindu untuk segera melihat puteranya. Ketika Khairoh dan puteranya tiba, Ummu Salamah memandang bayi yang masih merah itu dengan penuh sukacita dan cinta. Sungguh bayi mungil itu sangat menawan. "Sudahkah kau beri nama bayi ini, ya Khairoh?" tanya Ummu Salamah. "Belum ya ibunda. Kami serahkan kepada ibunda untuk menamainya" jawab Khai¬roh. Mendengar jawaban ini, ummahatul mu’minin berseri-seri, seraya berujar "Dengan berkah Allah, kita beri nama Al-Hasan." Maka do’apun mengalir pada si kecil, begitu selesai acara pembe¬rian nama.

Al-Hasan bin Yasar – atau yang kelak lebih dikenal sebagai Hasan Al-Basri, ulama generasi salaf terkemuka – hidup di bawah asuhan dan didikan salah seorang isteri Rasulullah SAW: Hind binti Suhail yang lebih terkenal sebagai Ummu Salamah. Beliau
adalah seorang puteri Arab yang paling sempurna akhlaqnya dan paling kuat pendiriannya, ia juga dikenal – sebelum Islam – sebagai penulis yang produktif. Para ahli sejarah mencatat beliau sebagai yang paling luas ilmunya di antara para isteri Rasulullah
SAW.

Waktu terus berjalan. Seiring dengan semakin akrabnya hubun¬gan antara Al-Hasan dengan keluarga Nabi SAW, semakin terbentang luas kesempatan baginya untuk ber"uswah" (berteladan) pada ke¬luarga Rasulullah SAW. Pemuda cilik ini mereguk ilmu dari rumah-rumah ummahatul mu’minin serta mendapat kesempatan menimba ilmu bersama sahabat yang berada di masjid Nabawiy.

Ditempa oleh orang-orang sholeh, dalam waktu singkat Al-Hasan mampu meriwayatkan hadist dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy’ari, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Anas bin Malik dan sahabat-sahabat RasuluLlah lainnya.
Al-Hasan sangat mengagumi Ali bin Abi Thalib, karena keluasan ilmunya serta kezuhudannya. Penguasan ilmu sastra Ali bin Abi Thalib yang demikian tinggi, kata-katanya yang penuh nasihat dan hikmah, membuat Al-Hasan begitu terpesona.

Pada usia 14 tahun, Al-Hasan pindah bersama orang tuanya ke kota Basrah, Iraq, dan menetap di sana. Dari sinilah Al-Hasan mulai dikenal dengan sebutan Hasan Al-Basri. Basrah kala itu terkenal sebagai kota ilmu dalam Daulah Islamiyyah. Masjid-masjid
yang luas dan cantik dipenuhi halaqah-halaqah ilmu. Para sahabat dan tabi’in banyak yang sering singgah ke kota ini.
Di Basrah, Hasan Al-Basri lebih banyak tinggal di masjid, mengikuti halaqah-nya Ibnu Abbas. Dari beliau, Hasan Al-Basri banyak belajar ilmu tafsir, hadist dan qiro’at. Sedangkan ilmu fiqih, bahasa dan sastra dipelajarinya dari sahabat-sahabat yang
lain. Ketekunannya mengejar dan menggali ilmu menjadikan Hasan Al-Basri sangat ‘alim dalam berbagai ilmu. Ia terkenal sebagai seorang faqih yang terpercaya.

Keluasan dan kedalaman ilmunya membuat Hasan Al-Basri banyak didatangi orang yang ingin belajar langsung kepadanya. Nasihat Hasan Al-Basri mampu menggugah hati seseorang, bahkan membuat para pendengarnya mencucurkan air mata. Nama Hasan Al-Basri makin harum dan terkenal, menyebar ke seluruh negeri dan sampai pula ke telinga penguasa.

Ketika Al-Hajaj ats-Tsaqofi memegang kekuasan gubernur Iraq, ia terkenal akan kediktatorannya. Perlakuannya terhadap rakyat¬ terkadang sangat melampaui batas. Nyaris tak ada seorang pun penduduk Basrah yang berani mengajukan kritik atasnya atau menen¬tangnya. Hasan Al-Basri adalah salah satu di antara sedikit penduduk Basrah yang berani mengutarakan kritik pada Al-Hajaj. Bahkan di depan Al-Hajaj sendiri, Hasan Al-Basri pernah menguta¬rakan kritiknya yang amat pedas.

Saat itu tengah diadakan peresmian istana Al-Hajaj di tepian kota Basrah. Istana itu dibangun dari hasil keringat rakyat, dan kini rakyat diundang untuk menyaksikan peresmiannya. Saat itu tampillah Hasan Al-Basri menyuarakan kritiknya terhadap Al-Hajaj:
"Kita telah melihat apa-apa yang telah dibangun oleh Al-Hajaj. Kita juga telah mengetahui bahwa Fir’au membangun istana yang lebih indah dan lebih megah dari istana ini. Tetapi Allah menghancurkan istana itu … karena kedurhakaan dan kesombongannya …"
Kritik itu berlangsung cukup lama. Beberapa orang mulai cemas dan berbisik kepada Hasan Al-Basri, "Ya Abu Sa’id, cukupkanlah kritikmu, cukuplah!" Namun beliau menjawab, "Sungguh Allah telah mengambil janji dari orang-orang yang berilmu, supaya menerangkan kebenaran kepada manusia dan tidak menyembunyikannya."

Begitu mendengar kritik tajam tersebut, Al-Hajaj menghardik para ajudannya, "Celakalah kalian! Mengapa kalian biarkan budak dari Basrah itu mencaci maki dan bicara seenaknya? Dan tak seo¬rangpun dari kalian mencegahnya? Tangkap dia, hadapkan kepadaku!" .

Semua mata tertuju kepada sang Imam dengan hati berge¬tar. Hasan Al-Basri berdiri tegak dan tenang menghadapi Al-Hajaj bersama puluhan polisi dan algojonya. Sungguh luar biasa ketenan¬gan beliau. Dengan keagungan seorang mu’min, izzah seorang muslim dan ketenangan seorang da’i, beliau hadapi sang tiran.

Melihat ketenangan Hasan Al-Basri, seketika kecongkakan Al-Hajaj sirna. Kesombongan dan kebengisannya hilang. Ia langsung menyambut Hasan Al-Basri dan berkata lembut, "Kemarilah ya Abu Sa’id …" Al-Hasan mendekatinya dan duduk berdampingan. Semua mata memandang dengan kagum.

Mulailah Al-Hajaj menanyakan berba¬gai masalah agama kepada sang Imam, dan dijawab oleh Hasan Al-Basri dengan bahasa yang lembut dan mempesona. Semua pertanyaan¬nya dijawab dengan tuntas. Hasan Al-Basri dipersilakan untuk pulang. Usai pertemuan itu, seorang pengawal Al-Hajaj bertanya, "Wahai Abu Sa’id, sungguh aku melihat anda mengucapkan sesuatu ketika hendak berhadapan dengan Al-Hajaj. Apakah sesungguhnya kalimat yang anda baca itu?" Hasan Al-Basri menjawab, "Saat itu kubaca: Ya Wali dan PelindungKu dalam kesusahan. Jadikanlah hukuman Hajaj sejuk dan keselamatan buatku, sebagaimana Engkau telah jadikan api sejuk dan menyelamatkan Ibrahim."

Nasihatnya yang terkenal diucapkannya ketika beliau diundang oleh penguasa Iraq, Ibnu Hubairoh, yang diangkat oleh Yazid bin Abdul Malik. Ibnu Hubairoh adalah seorang yang jujur dan sholeh, namun hatinya selalu gundah menghadapi perintah-perintah Yazid yang bertentangan dengan nuraninya. Ia berkata, "Allah telah memberi kekuasan kepada Yazid atas hambanya dan mewajibkan kita untuk mentaatinya. Ia sekarang menugaskan saya untuk memerintah Iraq dan Parsi, namun kadang-kadang perintahnya bertentangan dengan kebenaran. Ya, Abu Sa’id apa pendapatmu? Nasihatilah aku …"

Berkata Hasan Al-Basri, "Wahai Ibnu Hubairoh, takutlah kepada Allah ketika engkau mentaati Yazid dan jangan takut kepada Yazid¬ketika engkau mentaati Allah. Ketahuilah, Allah membelamu dari Yazid, dan Yazid tidak mampu membelamu dari siksa Allah. Wahai Ibnu Hubairoh, jika engkau mentaati Allah, Allah akan memelihara¬mu dari siksaan Yazid di dunia, akan tetapi jika engkau mentaati Yazid, ia tidak akan memeliharamu dari siksa Allah di dunia dan akhirat. Ketahuilah, tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam ma’siat kepada Allah, siapapun orangnya." Berderai air mata Ibnu Hubairoh mendengar nasihat Hasan Al-Basri yang sangat dalam itu.

Pada malam Jum’at, di awal Rajab tahun 110H, Hasan Al-Basri memenuhi panggilan Robb-nya. Ia wafat dalam usia 80 tahun. Pendu¬duk Basrah bersedih, hampir seluruhnya mengantarkan jenazah Hasan Al-Basri ke pemakaman. Hari itu di Basrah tidak diselenggarakan sholat Ashar berjamaah, karena kota itu kosong tak berpenghuni.

sumber: http://myquran.org/forum/index.php/topic,11274.0.html

Senin, 04 Februari 2008

DAFTAR TEMPAT ZIAROH WALI


I. Kediri

Dsn. Jampes Ds. Mutih Kec. Gampeng Rejo :

  1. Nyai Istianah Binti Mesir
  2. Kyai Mubarok Sholeh Istianah
  3. Kyai Dahlan Sholeh Istianah
  4. Kyai Abdur Rouf Sholeh Istianah
  5. Kyai Kholil Barozi Istianah
  6. Kyai Ihsan Bin Dahlan
  7. Kyai Tuwaji Bin Dahlan
  8. Nyai Ihsan Ummi Tuwaji
  9. Nyai Dahlan Ummi Binti Dahlan
  10. Nyai Halawiyah Binti Dahlan
  11. Kyai Muhsin Bin Dahlan
  12. Kyai Muslim Bin Dahlan
  13. Kyai Muhammad Bin Dahlan
  14. Gus Mastur Masruri Halawiyah
  15. Kyai Ujang Sholeh
  16. Gus Baji

II. Jombang

Dsn. Betek Ds. Mancilan Kec. Mojoagung

  1. Sayyid Sulaiman Ba Syaiban
  2. Kyai Raden Alif (Mbah Wardah)
  3. Kyai Mursidin
  4. Adipati Atmodo
  5. Tumenggung Onggo Permono

III. Mojokerto

Dsn. Setonorejo Ds. Triloyo Kec. Troloyo

  1. Syeh Maulana Jumadil Kubro
  2. Sunan Ngudung (Sayyid Usman)
  3. Syeh Maulana Ibrahim
  4. Syeh Maulana Sekah
  5. Syeh Abdul Qodir Jailani Sini (Tam Kin Kan)
  6. Syeh Kusen
  7. Tumenggung Satim Singomoyo
  8. Syeh Abdul Kowi Bin Abdul Kohar
  9. Syeh Abdul Rokhim
  10. Syeh Jaelani
  11. Mbah Rembyong (Mbah Muniron)
  12. Ali Mukti
  13. Ki Ageng Surgi
  14. Raden Kamdowo
  15. Imam Maliki
  16. Pangeran Atas Angin
  17. Imammudin Safari

IV. Surabaya

Bungkul Darmo Wonokromo

  1. Putri Kamboja
  2. Putri Compo
  3. Pangeran Jayemgrono
  4. Pangeran Sidorono
  5. Sunan Bungkul (Mbah Mahmudin)
  6. Sayyid kendar

Ampel Surabaya :

  1. Raden Rohmad Sunan Ampel
  2. Mbah Bolong (Mbah Sonhaji)
  3. Mbah Sholeh
  4. Nyi Ageng Manila
  5. Sayyid Abdul Karim
  6. Sayyid Abdul Mansur
  7. Sayyid Muhammad

V. Madura

Bangkalan

1. Mbah Kyai Kholil

Air Mata Ds. Buduran Kec. Arosbaya Bangkalan.

1. Syaridah Ambami (Ratu Ibu)

2. Pangeran Cakraningrat II

3. Pangeran Cakraningrat IV

4. Pangeran Cakraningrat VI

Makam Agung Ds. Plakaran Kec. Arosbaya Bangkalan

1. Raden Pragalbo (Pangeran Islam Onggu’)

2. Raden Pratanu (Panembahan Lemah Duwur)

3. Raden Koro

4. Raden Kastono

Bujuk Lathong Batu Ampar

1. Syeh Syamsudin (Syeh Su’adi)

2. Syeh Husain

3. Syeh Romli

4. Syeh Damanhuri

5. Kyai Umar Fadli

6. Nyai Hasanah

7. KH. Mukhlis

8. Nyai Zubaidah

9. Kyai Ainul Yaqin

Makam Asta Tinggi Sumenep :

1. Raden Bindara Saud

2. Raden Ayu Tirtonegoro

3. Ratu Ari

4. Pangeran Jimat

5. Raden Ayu Wironegoro

6. Orang Kerdil

7. Raden Pulang Jiwo

8. Pn. Notokusumo / Asirudin

9. Sri Sulton Abd. Rohman Pakunotoningrat

10. Pn. Moh. Saleh Notokusumo

11. Pang. Notokusumo Ntdn. Mangkudiningrat

12. Raden Ayu Pang Moh. Saleh Notokusumo

13. Kaneng Raden Prawirodiningrat

14. Raden Ayu Hafsah Pang. Notodiningrat

15. Raden Ayu Pangeran Sumolo

16. Raden Aryo Prataningkusumo Abd. Muhaimin

17. Raden Aryo Prabuwinoto Moh. Tohir

18. Raden Ayu Pang. Prabuwinoto

19. Raden Ayu Pang. Pakunotoningrat

20. Raden Aryo Atmojokusumo

21. Pangeran Suringrat

Pulau Puteran Telango Kalianget:

1. Syeh Yusuf Bin Ali Alhasani

VI. Gresik

Gapura Gresik Kota

1. Maulana Malik Ibrahim

2. Syeh Maulana Maghfur

3. Sayyidah Siti Fatimah

4. Maulana Ishaq

5. Maulana Maghrobi

6. Kyai Tumenggung Tirtodirejo

7. Tumenggung Pusponegoro

8. Raden Prabu Bin Raden Putro

Ds. Leran Kec. Manyar

1. Fatimah Binti Maimun

2. Nyai Kucing

3. Nyai Seruni

4. Sayyid Jakfar

5. Sayyid Arif

6. Sayyid Karim

7. Sayyid Jalal

8. Sayyid Saifudin

Gunung Giri Kebo Mas :

1. Raden Ainul Yaqin Sunan Giri

2. Sunan Kidul

3. Zainal Abidin Sunan Dalem

4. Nyai Ageng Sawo

5. Raden Fatehal Sunan Prapen

6. Sunan Sedo Margi

7. Ratu Ageng Zauzah Prapen

8. Panembahan Kamisguwo

9. Panembahan Agung

10. Panembahan Kateg

11. Nyai Ageng Wirjo

12. Nyai Ageng Kateg

13. Pangeran Sawo

14. Pangeran Wuryadi

15. Pangeran Weluh

VII. Tuban

Ds. Gisik Kec. Palang Harjo

1. Sayyid Asmoroqondi

2. Zauzah asmoroqondi

3. Wa Zurriyatihi

Masjid Bonang :

1. Makhdum Ibrahim Sunan Bonang

2. Wa Zurriyyatihi.

VII. Pati Jawa Tengah :

Ds. Kajen Kec. Margoyoso

1. Syeh Mutamakin

2. Syeh Ronggokusumo

Ds. Landoh Kec. Kayen

1. Syeh Jangkung

2. Raden Ayu Pandan Arum

3. Raden Ayu Retno Jinoli

4. Kyai Momok

Ds. Tamansari Kec. Telogowungu

1. Adipati Pragolopati

2. Dewi Nawang Wulan

3. Dewi Nawangsih

4. Kyai Temu Ireng

5. Nyai Temu Ireng

IX. Kudus

Masjid Agung Menara :

1. Sayyid Jakfar Shodiq Sunan Kudus

2. Panembahan Palembang

3. Panembahan Kulico

4. Panembahan Mangaos

5. Panembahan Condro

6. Panembahan Koling

7. Pangeran Pecat Tondo terung

8. Istri Pecat Tondo terung

9. Istri Sunan Kudus

10. Istri Sunan Muria

11. Pangeran Padamaran I

12. Pangeran Padamaran II

13. Pangeran Padamaran III

14. Pangeran Padamaran IV

15. Pangeran Padamaran V

16. Pangeran Sujoko

17. Pangeran Prodobinabar

18. Pangeran Palembang

19. Pangeran Poncowati

20. KHRH. Padmonegoro

21. Pangeran- Pangeran Waris Sunan Kudus

22. Kyai Wajah

23. HR. Ayu Condronegoro

24. RA. Condro Hadiwijoyo

25. RA. Tisnowijoyo Patih Tumenggung

26. KRT. Cokro Hadinegoro

27. RA.NG Sumodiprojo

28. RM. Pratisno Suryokusumo

29. R. Bagus Sutikno Condronegoro

30. Penghulu Bedogas

31. Pangeran Projobinabar

32. KHR. Asnawi

Ds. Sunggingan

1. Kyai The Ling Sing

2. Khodam Beliau

Ds. Demakan

1. Pangeran Puger

Gunung Muria Kec. Colo

1. Suana Muria

2. Dewi Sujinah

3. Raden Ayu Nasiki

4. Pangeran Jogodipo

X. Demak

Masjid Agung

1. Jaran Penoleh

2. Pangeran Aryo Penangsang

3. Raden Jipang Panolan

4. Pangeran Aryo Jenar

5. Maulana I

6. Kyai Ageng Wasi

7. Nyai Ageng Wasi

8. Pangeran Ketib

9. Sunan Prawoto

10. Sultan Trenggono

11. Istri Sultan Trenggono

12. Nyai Ageng Pinatih

13. Pangeran Pandan

14. Pangeran angkurat

15. Kyai Ageng Wanopolo

16. Pangeran Mas Galuhan

17. Pangeran suruh

18. Tumenggung Tanpa Siring

19. Nyai Ageng Manyuro

20. Nyai Ageng Cempo

21. Raden Patah (Sulton Alam Akbar)

22. R. Adipati Unus

23. Istri Raden Patah

24. Pangeran Mekah

25. Istri Pangeran mekah

26. Pangeran Sedo Lepen

27. Kyai Ageng Cempo

28. Maulana II

29. Kyai Ageng Ketu

30. Nyai Ageng Ketu

31. Adipati Terung

32. Raden Ayu Sumarni

33. Istri Sunan Ngudung

34. Prabu Darmokusumo

35. Maulana III

36. Syeh Maulana Maghribi

37. Pangeran Benowo

38. K.R. Natas Angin

39. Kyai Palembang

Ds. Kali Dangu

1. Sunan kalijogo (Raden Sahid)

2. Tumenggung Wilotikno

3. Dewi Arofah Retno Dumilah

4. Dewi Roso Wulan

5. Sunan Hadi

6. Dewi Ayu Pembayun

7. Dewi Panenggak

8. Raden Abdurrohman

9. Kyai Derik

10. Nyai Derik

11. Empu Joko Supo

12. Pangeran Wujil

13. Raden Aryo Penangsang


Ds.Kauman

1. Kyai Baru Klinthing

2. Nyai Lembah

XI. Semarang

Kampung Banyu Manik

1.Kyai Ageng Terboyo

Jln. Pekahyangan Ds. Kalibanteng

1. Sunan Kuning

2. Sunan Kalijogo

3. Sunan Ambarawa

4. Kyai Sekabat

5. Kyai Ajimat

6. Kyai Mojopahit

Ds. Mogas

1. Raden Mode Pandan

2. Endang Sejonila

3. Syeh Ibnu Abdul Salam

4. Kyai Solekan

5. Bu Guru Yusroningsih

6. H. Nyi Kandun

7. H. Siti Maryam

8. Ki Langgeng (Sukasno)

Ds.Nipah Darat Kec. Bergota

1. Mbah Kyai Soleh

XII. Kendal

Masjid Agung

1. Raden Panggung (Wali Joko)

2. Wali Hadi

3. KH. Abu Syujak

4. KH. Muhammad

Ds. Gunung Prata Kec.Kaliwungu

Protomulyo I

1. Sunan Katong

2. Para Bupati

3. Tumenggung Mandurorejo

4. Kanjeng Guru As’yari

5. Kyai Musyafa’

6. Kyai Mustafa

7. Kyai Ruk’yat

8. Drs. H. Jumadi

9. Pangeran Pakuwojo

10. Kyai Abu Khoir

Protomulyo II

Gedong Kidul :

1. Pangeran Juminah

2. Kyai Tng. Ronggo Hadi Menggolo

3. Istri Hadi Menggolo

4. Dua Orang Pemayungan I

5. Istri Pemayungan

6. RM. Ronggo Soero Hadinegoro

7. Kyai Tmg. Ronodiwiryo

8. Khodam Kyai Lempuyangan

9. Istri Kyai Soero Hadi Menggolo

10. Khodam Istri Kyai Soero Hadi Menggolo

11. Dua Orang Pemayungan II

Gedong Lor Ngandap :

1. Kyai Reksonegoro Tengeran

2. Istri Tengeran

3. Kyai Reksonegoro Semarang

4. Istri Reksonegoro

Gedong Kidul A:

1. Kyai Tmg. Ronggo Hadi Menggolo

2. Istri Tmg. Ronggo

Gedong Kidul B :

1. Adipati Hadinegoro Kaliwungu

2. Raden Tmg. Soemoningrat

3. Adipati Hadinegoro Demak

4. Istri Hadinegoro

Gedong D :

1. Kyai Tmg. Soemodiwiryo

2. Istri Soenodiwiryo

Gedong Tengah :

1. Kyai Tmg. Adimanggolo

2. Tiga Istri Adimanggolo

3. Kyai Peloran

4. Kyai Tmg. Soeroadi Manggolo

5. Istri Soeroadi Manggolo

6. Raden Tmg. Adinegoro

7. Istri Adinegoro

Ds.Gunung Bojo Kec. Kaliwungu

1. Nyai Sedhapu

2. Kyai Boja

3. Ki Wonobrodo


Ds. Selopajimatan Kec. Tawangharjo – Purwodadi

1. Ki Ageng Selo (Abdurrohman)

2. Istri Ke I

3. Istri Ke II

Ds. Tarub Kec. Tawangharjo – Purwodadi

1. Ki Ageng Tarub